Istilah “intrapreneurship” tidak setenar entrepreneurship, sehingga mungkin menjadi pertanyaan Anda, apalagi itu? Untuk dapat mengerti istilah “intrapreneur” atau “intrapreneurship” memang harus mengerti dulu istilah entrepreneur atau entrepreneurship.
Orang-orang berjiwa entrepreneur merupakan orang-orang yang mempunyai penciuman dan penglihatan tajam, melihat kesempatan dalam kesempitan dalam arti positif, melihat hambatan menjadi peluang, dan mengubah peluang menjadi bisnis yang mendatangkan uang. Yang sering menjadi pertanyaan adalah apakah seorang entrepreneur dilahirkan atau dibentuk? Lalu apakah entrepreneurship bisa dipelajari?
Bukankah lebih merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, seperti halnya pertanyaan di sekitar leader dan leadership. Jawabannya bisa ya bisa tidak. Memang ada kecenderungan orang-orang yang berjiwa entrepreneur seperti halnya leader dari sejak kecil sudah terlihat menonjol perilakunya. Kecil-kecil bisa dagang sejak masih sekolah, sementara teman-temannya masih blo’on istilahnya.
Orang-orang berjiwa entrepreneur seperti halnya leader merupakan orang-orang yang mengubah keadaan. Bukan yang hanya melihat apalagi bengong dan bingung dengan perubahan. Oleh karena itu ada korelasi bahwa orang-orang yang berjiwa entrepreneur juga menjadi leader dalam lingkungannya, bahkan dalam lingkungan yang lebih luas khususnya di dunia bisnis.
Ada dua faktor utama yang mendorong seseorang menjadi entrepreneur. Pertama, peluang, situasi dan kondisi yang begitu rupa memberikan kesempatan seseorang memulai sebuah petualangan baru dalam bisnisnya, mencoba-coba dan berhasil. Kedua, karena desakan atau tekanan, untuk survive maka melakukan “kenekatan” juga dengan mencoba-coba, kadang membuat dirinya dicemo’oh oranglain karena dianggap aneh dan lucu, namun akhirnya berhasil.
Sekarang kita kembali ke istilah “intrapreneur“ dan “intrapreneurship” yang menjadi lebih mudah untuk dimengerti ketika kita memahami istilah entrepreneur dan entrepreneurship. Para “intrapreneur” adalah para profesional yang memiliki dan menerapkan entrepreneurship dan berhasil mengembangkan ide-ide baru untuk memanfaatkan sumber daya di perusahaan dan dengan mengambil risiko membangun sebuah bisnis berbeda dengan yang sudah dijalankan.
Mereka tidak sekadar menjadi pelaksana dari kebijakan perusahaan. Kita patut bergembira bahwa di Indonesia sedang terjadi juga “shifting” dengan semakin banyaknya para entrepreneur. Khususnya dari kalangan muda, yang lebih mempunyai keberanian untuk mengambil risiko, menghadapi kegagalan sebagai batu loncatan menuju sukses di kemudian hari setelah mencoba-coba beberapa kali.
Merekalah yang akan memperkuat ekonomi di negeri kita untuk masa mendatang. Namun bagi perusahaan-perusahaan yang besar juga perlu mengembangkan para “intrapreneur” dengan tersedianya sumber daya yang lebih memadai.
*) Eliezer H Hardjo, Phd, CM, Anggota Dewan Juri ReBi & Institute of Certified Professional Managers (ICPM)